REVITALISASI CLASSROOM ASSESSMENT SEBAGAI PERANCAH PEMBELAJARAN
REVITALISASI
SEBAGAI PERANCAH PEMBELAJARAN
Penulis: Mansur Arsyad
Secara historis, praktik
penilaian telah digunakan sebagai ukuran akuntabilitas layanan pendidikan. Bahkan
hingga akhir abad 20, penilaian dipraktikkkan secara tradisional untuk membandingkan
siswa dengan tujuan untuk memotivasi siswa belajar. Akan tetapi penelitian
terbaru menunjukkan bahwa siswa justeru akan termotivasi dan percaya diri ketika
mereka mengalami kemajuan belajar, dan kemampuan mengatasi pemasalahan belajar
mereka, bukan karena dipicu oleh hasil dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang
lebih sukses.
Demikianlah hingga penilaian
mengalami transformasi yang mendasar. Melalui classroom assessment yang di
Indonesia dikenal dengan istilah Penilaian Berbasis Kelas (PBK), praktik
penilaian kemudiah diarahkan pada banyak tujuan, diantaranya: 1) mendiagnosa
kesenjangan dalam pembelajaran, 2) memantau dan mengevaluasi pembelajaran
siswa, 3) mengukur efektivitas program atau intervensi, 4) menentukan prioritas
dalam merancang aktivitas pembelajaran, dan 5) menetapkan hasil belajar dalam
bentuk nilai (grade) tertentu.
Praktik penilaian kelas
berakar kuat pada harapan untuk menfasilitasi pembelajaran yang berdeferensiasi
dan menjembatani antara kebutuhan pembelajaran siswa dengan strategi
pembelajaran yang dikembangkan guru. Namun artikel singkat ini tidak membahas PBK
secara teknis dan rinci, melainkan mengulasinya dari sudut pandang PBK sebagai
perancah pembelajaran yang dituis dengan gaya tutur naratif-populer.
Komplementer Asesmen
Nasional
Sementara
asesmen nasional memainkan peran yang penting dalam memberikan umpan balik untuk
sistem pendidikan, maka PBK mengisi ranah yang lebih teknis namun sangat
menentukan yaitu aktivitas sehari-hari di ruang kelas. Jadi, asesmen nasional
adalah ranah kebijakan yang memotret program secara holistik dan makro sehingga
tidak mengukur proses dan capaian pembelajaran siswa pada level individu. Artinya,
Asesmen Nasional dan PBK tidak saling menegasikan melainkan saling melengkapi. Penilaian
berbasis kelas merupakan perangkat pedagogik yang sangat penting bagi guru sebagai
media refleksi untuk memperbaiki pembelajaran dan memfasilitasi kebutuhan
belajar bagi semua siswa.
Fungsi refleksi inilah yang
memainkan peran yang mendasar dalam penilaian berbasis kelas (PBK), bagi guru maupun
siswa. Informasi yang dihasilkan dari PBK akan menjadi bahan analisis bagi guru
untuk mengukur efektivitas strategi pembelajarannya. Sementara siswa dapat
memanfaatkan hasil PBK sebagai refleksi diri terhadap proses dan hasil belajar
mereka. Jadi PBK menjadi semacam alat interpretasi dua arah, bagi siswa maupun
guru yang beririsan pada satu tujuan yaitu untuk memfasilitasi keberagaman
kebutuhan belajar siswa. Dengan demikian, PBK adalah perancah pembelajaran yang
berdefereinsiasi dan juga pembelajaran yang terpusat pada siswa. Dengan kata
lain, pembelajaran terpusat pada siswa maupun pembelajaran yang berdeferensiasi
akan efektif jika dan hanya jika didukung dengan PBK yang efektif.
Ada tiga peran mendasar dalam
PBK berdasarkan linimasa pelaksanaan penilaian menurut Gareis& Grant (2015)
yaitu Pre-assessment (penilaian awal sebagai diagnosis kebutuhan belajar),
Formative Assessment (Penilaian formatif yang melekat pada proses pembelajaran),
dan Summative Assessement (penilaian sumatif yaitu diakhir satu lingkup
materi, akhir semester atau setelah beberapa periode pembelajaran). Sejalan
dengan itu, Box (2019) memandang PBK ini secara fungsional selain membantu guru
lebih efektif dalam merencanakan dan mengembangkan stretegi pembelajaran, juga untuk
membekali dan memberdayakan siswa menjadi pembelajar yang mandiri, pembelajar
seumur hidup, kemampuan berpikir kritis dan sekaligus membangun kapasitas metakognisi
anak.
Ada keseimbangan pedagogik
dari sisi manfaat yang melekat pada PBK. PBK tidak sekedar menempatkan guru
secara otoritatif untuk menjustifikasi performa siswa tapi pada saat yang sama siswa
justeru mendapatkan ruang refleksi diri yang nantinya akan mengantarkan mereka
pada kualitas metakognisi (level pengetahuan tertinggi menurut taksonomi
kognitif). Jadi PBK memberikan makna baru terhadap penilaian yang secara
tradisional sering dipresepsikan sebagai jalur satu arah (yaitu proses
penentuan kualitas hasil belajar siswa oleh guru).
Mengurai Peta Konsep dan ZPD
Dalam pembelajaran, kita
mengenal jaringan konsep atau “peta pengetahuan”. Maka PBK pada konteks ini
berfungsi untuk menelusuri jaringan konsep tersebut sepanjang proses
pembelajaran baik dalam bentuk asesmen diagnostik maupun asesmen formatif.
Penelusuran terhadap jaringan atau peta konsep tersebut akan menghasilkan
informasi, bagian-bagian yang menjadi kelemahan dan kekuatan siswa secara
individual. Informasi ini sangat dibutuhkan guru untuk mengadaptasikan strategi
pembelajaran sekaligus menjadi saran tindak lanjut bagi para siswa tentang apa
yang sebaiknya mereka kerjakan berikutnya. Merancang PBK dengan baik plus
memanfaatkan hasilnya dengan efektif merupakan cara terbaik untuk memberikan
perancah yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tingkat kompetensi tertentu dalam
proses pembelajaran mereka.
Sebagai contoh, salah satu
konsep yang diperkenalkan Vygotsky dalam teori sosio-kulturalnya adalah ZPD (Zone
of Proximal Development). ZPD adalah jarak atau wilayah perkembangan anak
antara tingkat perkembangan aktual (kemampuan anak untuk menyelesaikan masalah
dengan mandiri/tugas mendiri) dengan tingkat perkembangan potensial (kemampuan
anak untuk menyelesaikan masalah dengan bantuan atau bimbingan orang lain/ahli,
orang tua, guru, teman sejawat dan pihak lainnya). Untuk mengisi wilayah
perkembangan tersebut, diperlukan dua elemen penting yaitu profil ZPD seorang
anak dan bantuan/pendampingan yang sesuai untuk mencapai potensi optimal
melalui proses pembelajaran.
Kedua elemen tersebut
berkaitan erat dengan PBK. Untuk membuat siswa berkembang penuh dan bertumbuh
secara optimal melalui proses pembelajaran maka PBK perlu dioptimalkan melalui
asesmen diagnostik maupun dengan asesmen formatif. Secara umum disepakati bahwa
para siswa berbeda dalam kemampuan, gaya belajar, minat, kebutuhan dan
lain-lain sehingga pemetaan ZPD menjadi lebih kompleks dan karenanya penilaian
harus difokuskan pada kebutuhan setiap individu. Hasil “pelacakan” lokasi ZPD siswa
secara diagnostik, akan membantu guru dalam memberikan bentuk perancah yang bersesuaian
dengan kebutuhan siswa. Demikian pula asesmen formatif akan menjadi penunjang
yang efektif dalam memantau efektivitas pendampingan dan kemajuan siswa dalam
zona proksimal mereka. Inilah alasan yang mendasar bahwa PBK yang dilaksanakan
secara efektif akan menggerakkan siswa untuk maju lebih efisien dalam proses
belajar mereka.
Refleksi dan Kesimpulan
Patut diasumsikan bahwa bahwa
guru mungkin akan melihat PBK sebagai sesuatu yang terlalu sulit untuk diterapkan
dengan pandangan skeptis yang didasarkan pada persoalan klasik yaitu
keterbatasan alokasi waktu untuk pembelajaran dan banyaknya jumlah siswa yang
harus dilayani. Namun teknologi justeru hadir untuk mengurangi sebagian besar
beban guru terkait administrasi pembelajaran, media dan penyiapan sumber
belajar. Dengan demikian, guru masih punya sisa waktu yang luang untuk mencoba
berlatih dan terus mengembangkan PBK dalam praktik pembelajaran dan penilaian
di satuan pendidikan.
Kata kunci PBK terletak pada kebermaknaan asesmen sebagai perancah pembelajaran. Dan pada akhirnya kita semua terutama para guru yang ditangannya keputusan pedagogik dihasilkan, mencoba menggerakkan pendulum penilaian khususnya PBK dari kecenderungan awal sebagai alat untuk justifikasi (judgement) ke posisi yang yang tepat yaitu pengembangan (improvement).
Semoga bermanfaat.
Daftar Bacaan
Box,
Cathy. Formative Assessment in United States Classrooms: Changing the
Landscape of Teaching and Learning. Switzerland: Palgrave Macmillan, 2019.
Gareis,
Christopher R., & Leslie W. Grant. Teacher-Made Assessments: How to
Connect Curriculum, Instruction, and Student Learning. New York: Routledge,
2015.
.
Saran Pak Mansur, ditulisan berikutnya mohon tulisan bagaima menyusun rubrik penilaian PBK shg dari penilaian yg dilakukan dapat diketahui anak sdh bisa apa dan blm bisa apa shg dg penilaian tsb akan jelas peta jalan dalam mendisik anak spy anak tsb dpt mencapai kompetensi sesuai thp perkembangannya. Tks Pak Mansur.
ReplyDeleteSiap Pak Eka terima kasih sarannya, kayaknya kalo itu harus dibuat buku pak
DeleteKeren dan menambah pengetahuan saya Pak Mansur
ReplyDeleteTerima kasih
DeleteYesekalibos_diterapkan
ReplyDeleteterima kasih
DeleteBapak memang terbaik.
ReplyDeleteMasya Allah, terima kasih
DeleteWahhhh.. kerenn nich,, boleh ditambahin terkait pendidikan kesetaraan pak,, lebih menantang
ReplyDelete